pionnews.com- Di tengah semangat memperingati hari kemerdekaan, ada luka yang terasa perih namun kerap terabaikan: proses seleksi calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) daerah yang ternoda oleh kepentingan segelintir oknum.

Ironis, karena Paskibraka sejatinya adalah lambang integritas, kedisiplinan, dan nasionalisme generasi muda. Namun di balik layar, aroma manipulasi, titipan, dan permainan kotor justru semakin menyengat.

Setiap tahun, ribuan pelajar dengan semangat membara mengikuti seleksi Paskibraka. Mereka membawa harapan, bukan hanya untuk mengibarkan Sang Merah Putih, tetapi juga untuk membuktikan bahwa kerja keras dan prestasi adalah jalan menuju kehormatan. Namun apa jadinya jika jalan itu dirusak oleh praktik nepotisme? Ketika hasil seleksi lebih ditentukan oleh siapa yang “berperan di balik layar”, bukan oleh kemampuan dan ketulusan calon peserta?

Bukan satu dua cerita tentang calon paskibraka berprestasi yang tersingkir demi memberi ruang bagi anak pejabat, kerabat penguasa, atau pihak-pihak yang “sudah diatur dari awal.” Nilai-nilai kejujuran dan meritokrasi yang seharusnya ditanamkan dalam proses ini menjadi luntur, bahkan terinjak-injak.

Generasi muda yang menyaksikan ketidakadilan ini tidak hanya kecewa—mereka terluka, kehilangan kepercayaan terhadap sistem.Lebih jauh, fenomena ini menciptakan preseden buruk dalam pembinaan karakter pemuda. Kita sedang mendidik mereka untuk berpikir bahwa koneksi lebih penting daripada prestasi, bahwa kekuasaan bisa membeli kehormatan.

Jika praktik seperti ini terus dibiarkan, jangan heran jika kelak kita memanen generasi yang apatis, sinis, dan kehilangan semangat untuk berkontribusi secara jujur bagi bangsa. Sudah saatnya pemerintah daerah, instansi terkait, dan seluruh masyarakat membuka mata, penerimaan Paskibraka harus dijadikan momentum untuk menegakkan nilai keadilan dan transparansi.

Seleksi harus dilandasi profesionalisme dan diawasi ketat oleh pihak independen. Tidak boleh ada ruang bagi “titipan” dalam proses yang menyangkut kehormatan negara. Paskibraka bukan sekadar barisan anak muda berpakaian putih, mereka adalah representasi wajah bangsa—dan bangsa ini tidak pantas diwakili oleh hasil manipulasi. Jika kita ingin membangun masa depan yang lebih baik, mulailah dari memperbaiki proses yang membentuk karakter generasi muda hari ini.