pionnews.com – Nama Bonyx Saweho sudah lama menggema di dunia tinju Indonesia. Ia bukan sekadar petinju berprestasi, melainkan simbol keteguhan, disiplin, dan kebanggaan bangsa. Dari gelanggang nasional hingga internasional, Bonyx menorehkan jejak yang sulit terhapus, peraih medali emas PON dan SEA Games, juara Piala Presiden RI, hingga menjadi petinju Indonesia terakhir yang tampil di Olimpiade Athena 2004, Yunani.
Dari atas ring, ia memperlihatkan arti sejati keberanian dan kehormatan. Kini, dari balik meja kepemimpinan sebagai Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kota Manado, semangat juang itu terus menyala membimbing generasi muda agar berani menatap masa depan dengan disiplin dan karakter kuat.
“Kemenangan dimulai dari takut akan Tuhan, dari disiplin yang ditempa setiap hari, dan keberanian mengambil keputusan dengan kepala dingin dan hati bersih,” ujarnya suatu ketika.
Bagi Bonyx, ring tinju hanyalah cermin kecil kehidupan tempat seseorang belajar berpikir cepat, bertindak tepat, dan bertanggung jawab atas setiap pukulan yang dilontarkan.
Selepas gantung sarung tinju, Bonyx tak pernah benar-benar meninggalkan ring. Ia mendirikan Sario Boxing Camp, sasana yang menjadi kawah candradimuka bagi petinju muda Sulawesi Utara. Dari tempat sederhana itu, lahir nama-nama besar seperti Farrand Buyung Papendang, Israellah Saweho, dan Tuhumil Jr para atlet yang kini mengharumkan nama daerah di berbagai ajang, dari PON hingga SEA Games.
Bagi para atletnya, Coach Bonyx bukan hanya pelatih. Ia ayah, mentor, dan sahabat. Tegas dalam disiplin, lembut dalam bimbingan, dan tulus dalam pengabdian.
Semangat juang itu menular ke keluarganya. Bersama sang istri, Pengky Simbar juara dunia silat dan peraih emas SEA Games.
Putri sulung mereka, Israellah Saweho, sudah menorehkan prestasi di berbagai ajang nasional. Disusul Hillary Saweho, yang mulai menjuarai kelasnya di setiap event yang diikutinya. Sementara Aela Saweho, sang bungsu, menjadi bintang muda paling bersinar, peraih emas PON Sumut–Aceh 2024, lolos seleknas menuju SEA Games 2025 di Thailand, sekaligus menyabet predikat Petinju Putri Muda Terbaik Indonesia.
Tak berhenti di situ, Aella juga menorehkan prestasi internasional meraih perak di China Taipei Open dan juara di Garuda Fighter 2025 di Jakarta.
Kini, Bonyx Saweho melanjutkan perannya sebagai penggerak olahraga di pemerintahan. Sebagai Kepala Dispora Kota Manado, Sekretaris Perbati Sulawesi Utara, dan anggota Komtek PP Perbati Indonesia, ia menanamkan nilai bahwa olahraga bukan sekadar adu fisik, melainkan ruang pembentukan mental dan moral.
“Tinju bukan soal kekerasan” katanya. “Ini soal keberanian, ketangguhan dan akhlak.”
Di bawah pembinaannya, tim tinju Sulawesi Utara terus menunjukkan tajinya. Pada PON Papua 2021, tim asuhannya sukses menyumbang lima medali dua emas, satu perak, dan dua perunggu. Capaian itu berlanjut di PON Sumut–Aceh 2024, dengan perolehan tiga emas dan dua perak.
Bonyx Saweho membuktikan bahwa menjadi petarung sejati tidak berhenti ketika bel terakhir berbunyi. Ia terus berjuang melahirkan generasi penerus, menyalakan api semangat di dada anak muda, dan menjaga agar nama Indonesia tetap bergema di setiap sudut ring dunia.
Legenda ini menutup kariernya di atas ring dengan segudang prestasi
Medali Emas SEA Games 2001
Perwakilan Indonesia di Asian Games 2002
Medali Emas PON 2008
Juara Kejuaraan Internasional di India (Emas)
Juara Piala Presiden RI
Peserta Olimpiade Athena 2004 (Yunani)
Kini, dari Manado, Bonyx menatap masa depan olahraga Indonesia dengan keyakinan yang sama seperti ketika pertama kali melangkah ke atas ring: tegak, fokus, dan penuh iman.



Tinggalkan Balasan