pionnews.com – Rapat Koordinasi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Manado yang digelar di Hotel Grand Puri, Kamis (30/10/2025), menjadi ajang bertemunya para pemimpin daerah dan aparat keamanan dalam memperkuat semangat kebinekaan di Kota Manado.

 

Dengan tema “Kota Manado Sebagai Rumah Besar Pembauran Kebangsaan”, kegiatan ini dibuka oleh Wali Kota Manado Andrei Angouw, dan menghadirkan empat narasumber utama: Wakil Wali Kota Manado dr. Richard Sualang, Kapolresta Manado Kombes Pol Irham Halid S.I.K, Dandim 1309/Manado Kolonel Arh Yosip Brozti Dadi, S.E.,M.Tr (Han) dan Budayawan Prof. Dr. Kamadjaya.

 

Dalam pemaparannya, Wakil Wali Kota Manado dr. Richard Sualang menekankan pentingnya FPK sebagai mitra strategis pemerintah dalam menjaga harmoni sosial dan kebangsaan. Menurutnya, pertemuan FPK tidak boleh berhenti di forum, tetapi harus menghasilkan langkah konkret.

 

“FPK perlu dikonkretkan hasilnya. Kalau bisa setiap bulan ada laporan atau briefing kepada pemerintab kota tentang dinamika sosial yang terjadi di masyarakat,” tegas Richard.

Ia juga menyoroti pentingnya koordinasi langsung antara FPK dan pemerintah daerah agar setiap isu sosial dapat diselesaikan secara bersama.

“FPK ini bagian dari pemerintah. Kalau ada hal- hal penting yang perlu disampaikan, sebaiknya disampaikan langsung kepada Wali Kota atau Wakil Wali Kota,” ujarnya.

 

Menurut Richard, mekanisme komunikasi yang baik antara FPK, pemerintah, dan unsur Forkopimda akan memperkuat sinergi dalam menjaga kondusivitas kota.

“Kalau kita punya sistem yamg teratur, FPK akan sangat berdampak bagi Kota Manado,” tambahnya.

Sementara itu, Kapolresta Manado Kombes Pol Irham Halid S.I.K menyoroti makna keberagaman sebagai kekuatan, bukan perpecahan.

“Manado ini rumah besar kita semua, Indonesia kecil yang merepresentasikan keberagaman bangsa,” ucap Irham membuka materinya.

 

Ia mengingatkan bahwa setiap manusia diciptakan berbeda oleh Tuhan, dan perbedaan itu seharusnya diterima dengan penuh penghormatan.

“Tidak ada manusia yang sama, bahkan kembar identik pun berbeda. Jadi, mengapa kita harus mempermasalahkan perbedaan yang justru diciptakan Tuhan?” katanya.

 

Kapolresta juga menegaskan bahwa keamanan dan ketertiban bukan hanya tanggung jawab kepolisian, melainkan kerja bersama seluruh elemen masyarakat.

“Polisi tidak bisa bekerja sendiri. Kami perlu bersinergi dengan pemerintah, TNI, tokoh agama, dan masyarakat. Keamanan itu milik bersama” ujarnya.

 

Ia mengaitkan semangat pembauran kebangsaan dengan momentum Hari Sumpah Pemuda.

“Kita boleh berbeda bahasa, adat, dan suku, tapi semangat persatuan itu harus terus kita pupuk. Seperti Sumpah Pemuda 1928, di mana para pemuda sepakat untuk bersatu dalam satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, Indonesia,” tutur Kapolresta

Dari perspektif TNI, Dandim 1309/Manado Kolonel Arh Yosip Brozti Dadi menegaskan bahwa Indonesia kuat karena keberagamannya. Ia mencontohkan, TNI sejak lahir telah menjadi representasi nyata pembauran kebangsaan.

“Tentara Nasional Indonesia dibentuk dari berbagai suku, agama, dan etnis. Semua melebur dalam satu identitas, Tentara Nasional Indonesia. Inilah wujud pembauran sejati,” ungkapnya.

 

Yosip kemudian mengingatkan bahaya konflik etnis dengan menyinggung tragedi kemanusiaan di Rwanda pada 1994, di mana jutaan nyawa melayang akibat perpecahan antar suku.

“Hanya dalam 100 hari, hampir satu juta orang tewas karena konflik etnis. Padahal mereka satu bahasa, satu bangsa. Itu pelajaran berharga agar kita di Indonesia tidak mengulangi kesalahan serupa,” ujarnya.

 

Ia menambahkan, masyarakat Manado patut bersyukur hidup di kota yang multikultural namun tetap harmonis.

“Manado ini istimewa. Semua agama dan etnis ada, tapi bisa saling menghormati. Filosofi lokal seperti Mapalus dan ungkapan Sitou Timou Tumou Tou adalah cermin nilai pembauran yang sudah lama hidup di sini,” katanya.

“Kalau bicara pembauran, bentuk paling nyata adalah ketika kita membuka diri, saling menerima bahkan dalam perbedaan. Itulah semangat sejati kebangsaan.

 

Melalui rapat koordinasi ini, Pemerintah Kota Manado menegaskan kembali komitmennya menjadikan kota ini sebagai rumah besar kebinekaan. Sinergi antara pemerintah, FPK, TNI, Polri, dan masyarakat diyakini menjadi kunci menjaga keharmonisan di “Indonesia kecil” bernama Manado.