pionnews.com – Langkah diplomasi besar datang dari Timur Tengah. Pemerintah Palestina secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung sebagai anggota penuh BRICH, aliansi ekonomi dan politik yang digagas oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.Permohonan itu disampaikan oleh Duta Besar Palestina untuk Rusia, Abdel-Hafiz Nofal, pada 25–26 September 2025.
Menurut Nofal, pengajuan ini merupakan upaya strategis Palestina untuk memperkuat posisi diplomatik di kancah global, sekaligus membuka peluang kerja sama ekonomi dan pembangunan dengan negara-negara berkembang.
“Kami telah mengajukan permohonan resmi untuk menjadi anggota penuh BRICS dan menantikan dukungan dari negara-negara anggota,” ujar Nofal dalam keterangan yang dikutip Anadolu Agency.
Menanggapi langkah tersebut, Pemerintah China menyampaikan dukungan terbuka. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa Beijing “menyambut mitra sejiwa” untuk bergabung dalam kerja sama BRICS.
“BRICS adalah platform penting bagi negara-negara berkembang untuk mendorong multipolaritas dunia dan keadilan internasional. Kami menyambut negara-negara seperti Palestina untuk bekerja bersama dalam menciptakan tatanan global yang lebih adil dan setara,” ungkap Guo dalam pernyataan resminya yang dikutip Global Times.
Selain China, sejumlah negara anggota BRICS lainnya seperti Rusia dan Afrika Selatan juga disebut mendukung perluasan organisasi tersebut untuk mencakup lebih banyak negara Global South, termasuk Palestina.Sejak dibentuk pada 2006, BRICS telah berkembang menjadi forum utama bagi negara-negara berkembang untuk menyeimbangkan dominasi ekonomi dan politik Barat. Aliansi ini awalnya terdiri dari lima negara pendiri — Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan dan kini telah diperluas dengan keanggotaan baru seperti Mesir, Uni Emirat Arab, Ethiopia, Iran, dan Indonesia yang resmi bergabung pada Januari 2025.
Melalui lembaga keuangan seperti New Development Bank (NDB), BRICS berupaya menciptakan sistem ekonomi alternatif yang tidak sepenuhnya bergantung pada dolar AS. Hal ini menjadi daya tarik bagi banyak negara berkembang, termasuk Palestina, yang selama ini menghadapi keterbatasan akses ke sumber pendanaan global.
Langkah Palestina untuk mendaftar ke BRICS dinilai sebagai strategi diplomatik untuk memperluas pengakuan internasional. Saat ini, 157 dari 193 negara anggota PBB telah mengakui kemerdekaan Negara Palestina, termasuk sebagian besar negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Dengan bergabung ke BRICS, Palestina berharap dapat, memperkuat dukungan internasional terhadap status kenegaraan mereka, mendapatkan akses ke proyek pembangunan dan investasi, meningkatkan peran dalam forum global non-Barat; serta mengurangi ketergantungan pada blok Barat dalam kebijakan luar negeri dan bantuan ekonomi.
Meski disambut positif, jalan menuju keanggotaan penuh BRICS masih panjang. Proses penerimaan anggota baru membutuhkan persetujuan konsensus dari seluruh negara anggota. Selain itu, Palestina juga perlu memenuhi sejumlah kriteria, termasuk stabilitas politik dan kesiapan ekonomi.
Beberapa pengamat menilai bahwa keikutsertaan Palestina bahkan sebagai anggota tamu atau pengamat sudah menjadi sinyal kuat bahwa peta geopolitik dunia sedang berubah.BRICS kini bukan sekadar forum ekonomi, tetapi telah berkembang menjadi wadah baru bagi negara-negara berkembang untuk membangun solidaritas politik dan menantang dominasi Barat di panggung global.
KTT BRICS ke-16 yang digelar pada pertengahan 2025 juga menegaskan dukungan terhadap pembentukan negara Palestina yang merdeka berdasarkan perbatasan 1967. Dalam deklarasi bersama, para pemimpin BRICS menyerukan agar Palestina memperoleh keanggotaan penuh di PBB ketika syarat-syarat diplomatik terpenuhi.
Dukungan terbuka dari China dan negara-negara BRICS lainnya memperlihatkan arah baru politik internasional yang kini mulai bergeser ke multipolaritas, di mana kekuatan global tidak lagi hanya didominasi oleh Amerika Serikat dan sekutunya.Langkah Palestina mengajukan diri bergabung dengan BRICS menjadi babak baru dalam perjuangan panjang diplomasi global mereka.
Selain membuka peluang kerja sama ekonomi dan pembangunan, langkah ini juga mencerminkan upaya serius Palestina untuk memperkuat legitimasi internasional di tengah perubahan tatanan dunia yang kian cepat.
Dunia tampaknya benar-benar sedang bergerak ke arah baru dari dominasi unipolar menuju keseimbangan multipolar dan Palestina memilih untuk menjadi bagian dari perubahan besar itu.
Sumber berita dikutip dari : Anadolu Agency, Global Times, Pressenza, TRT World, dan Wikipedia



Tinggalkan Balasan