Gerakan Maju Penyuluh Akuntabel dan Adaptif Hadirkan Peta Spasial Pertanian Pertama di Sulut

 

pionnews.com – Kota Manado mulai menapaki babak baru dalam dunia pertanian melalui inovasi digital. Lewat inisiatif “Gema Tani AARS”“ Gerakan Maju Penyuluh Pertanian yang Akuntabel, Adaptif, Responsif, dan Sinergi, Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan (DPKP) Kota Manado mengembangkan sistem digitalisasi berbasis spasial untuk mendukung pengelolaan lahan pertanian secara transparan dan modern.

 

Program yang digagas oleh Edwin M.S. Sumarauw, S.Pt., Kepala Bidang Penyuluhan DPKP Kota Manado, menjadi salah satu terobosan yang memadukan kerja penyuluhan pertanian dengan teknologi informasi. Lewat pendekatan ini, masyarakat dapat memantau dan memetakan kondisi lahan pertanian melalui portal PANADA Hebat, sistem informasi daerah yang kini juga menampilkan data spasial pertanian pertama di Sulawesi Utara.

Melalui portal PANADA Hebat, data luas dan sebaran lahan pertanian di Kota Manado kini dapat diakses publik dalam bentuk peta digital. Peta ini menampilkan informasi spasial terkait lokasi, jenis tanaman, serta potensi pengembangan lahan produktif.

 

Langkah ini, menurut Edwin, bukan sekadar pemanfaatan teknologi, tetapi strategi memperkuat peran penyuluh dan petani dalam menghadapi perubahan iklim, keterbatasan lahan, serta tantangan ketahanan pangan di perkotaan.

 

 “Digitalisasi pertanian lewat Gema Tani AARS akan membuat penyuluhan lebih akuntabel, adaptif terhadap data, serta responsif terhadap kebutuhan petani di lapangan,” ujar Edwin Sumarauw.

 

Meski dikenal sebagai kota jasa dan perdagangan, Manado masih memiliki kawasan pertanian aktif yang menjadi sumber ketahanan pangan lokal.

 

Berdasarkan data DPKP dan sumber pendukung, lahan potensial produktif pertanian di Manado mencapai sekitar 1.403 hektar.

 

Dari jumlah itu, sebagian besar merupakan kebun campuran dan lahan tanaman pangan skala kecil, termasuk urban farming di beberapa kecamatan seperti Mapanget, Bunaken, Bunaken Keoulauan, Malalayang dan Paal Dua.

 

Tercatat pula sekitar 212 hektar lahan belum tergarap optimal, yang kini menjadi target pemetaan dan pengembangan program penyuluhan adaptif.

 

Edwin menjelaskan, data spasial tersebut akan menjadi dasar pengambilan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy), termasuk dalam menentukan lokasi demplot, pengembangan komoditas unggulan, serta pola tanam berkelanjutan.

 

Program “GEMA TANI AARS” bukan sekadar proyek teknologi, tetapi sebuah gerakan perubahan kinerja penyuluhan pertanian. Tujuannya, mewujudkan kota tangguh pangan melalui sinergi antara petani, pemerintah, dan masyarakat urban.

 

Edwin menegaskan bahwa penyuluh pertanian kini dituntut lebih responsif terhadap data, bukan hanya turun ke lapangan, tetapi juga menguasai teknologi informasi dan pemetaan digital.

 

 “Kami ingin penyuluh pertanian di Manado menjadi motor penggerak yang sinergis, tanggap, dan inovatif. Gema Tani AARS adalah simbol perubahan menuju pertanian cerdas berbasis data,” ujarnya.

 

Melalui gerakan ini, DPKP Manado berupaya membangun ekosistem pertanian digital, mulai dari pengumpulan data spasial, penguatan kapasitas penyuluh, hingga kolaborasi dengan startup agritech lokal. Ke depan, data lahan yang sudah terpetakan di PANADA Hebat diharapkan bisa terhubung dengan sistem monitoring produktivitas dan rantai pasok pangan di tingkat kota.

 

Digitalisasi pertanian seperti yang dilakukan Manado menjadi contoh bahwa inovasi teknologi bisa diterapkan bahkan di wilayah perkotaan, dengan dukungan kebijakan dan semangat kolaboratif penyuluh lapangan.

 

Langkah Edwin M.S. Sumarauw melalui GEMA TANI AARS menjadi bukti nyata bahwa perubahan di sektor pertanian dapat dimulai dari penyuluh yang berani berinovasi. Dengan pendekatan akuntabel, adaptif, responsif, dan sinergi, Kota Manado menegaskan diri sebagai pionir pertanian digital berbasis spasial pertama di Sulawesi Utara.