pionnews.com – Pemerintah bersama sejumlah mitra dan relawan resmi meluncurkan Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) Kecamatan Malalayang II, Minggu (26/10/2025). Dapur ini menjadi pilot project pertama di Kota Manado dalam program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Peresmian diawali dengan ibadah syukur yang dipimpin oleh Pdt. Yeni Buyung Mogalin, M.P.H., dan dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Dinas Pangan Kota Manado, Ir. Meisje wolla, M.Si, yang mewakili Wali Kota Manado.

Turut hadir sejumlah tokoh dan mitra, di antaranya Ketua Gerindra Kepulauan Sangihe Ferdinand Mangumbahang, Ketua SPPG Malalayang II Efraim Yusuf Prasetyo Teola, serta Ketua Yayasan Cahaya Islands Nusantara Indah Priscilia Lydia Regina Rantung, S.E., M.M.

Program Sosial yang Strategis.Dalam sambutannya, Fiksyawola menegaskan bahwa program MBG bukan sekadar bantuan pangan, melainkan investasi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini.

“Anak-anak adalah aset bangsa. Dengan memastikan mereka mendapat makanan yang bergizi dan higienis, kita sedang membangun masa depan yang sehat dan kuat,” ujarnya.

Ia juga mengajak seluruh pihak yang terlibat mulai dari tenaga dapur, ahli gizi, relawan, hingga kepala sekolah untuk menjalankan program ini dengan disiplin dan penuh tanggung jawab.

Ferdinand Mangumbahang: “Ini Pilot Project, Jadi Harus Sempurna”. Ketua DPC Gerindra Sangihe, Ferdinand Mangumbahang, yang juga terlibat sebagai mitra dalam pelaksanaan program ini, menegaskan bahwa dapur MBG Malalayang II menjadi model pertama di Kota Manado yang akan menjadi acuan bagi daerah lain.

“Saya pikir ini SPPG pertama di Manado yang benar-benar berjalan. Jadi harus jadi contoh. Dari sini kita tahu bagaimana pola, tahapan, dan cara yang benar sesuai juknis dari Badan Gizi Nasional,” ujar Ferdinand.

Ia menambahkan bahwa sejak kasus keracunan makanan di beberapa wilayah Jawa, pemerintah kini memperketat pengawasan dan mewajibkan setiap dapur MBG untuk memiliki sertifikat keamanan pangan.

“Sekarang setiap dapur wajib punya sertifikat ‘safe’ dan juga sertifikat laik higienis sanitasi. Air harus diuji laboratorium, dapur harus bersih, dan semua tenaga harus tersertifikasi. Ini supaya kejadian seperti di Jawa tidak terulang,” jelasnya.

“Kalau anggaran untuk satu porsi Rp10 ribu, maka seluruhnya harus dipakai untuk bahan makanan. Tidak boleh dipotong. Untuk anak SD atau PAUD mungkin Rp8 ribu, tapi kami tetap pastikan kualitasnya sama  bergizi dan layak,” tegasnya.

Menurutnya, dapur Malalayang II akan melayani sekitar 1.000 anak dari 7 hingga 8 sekolah di wilayah tersebut. Jumlah itu bisa bertambah seiring kelengkapan sertifikasi keamanan pangan.

“Kalau semua syarat sudah lengkap, baru bisa ditambah jadi dua atau tiga ribu porsi per hari. Tapi kita mulai dari yang pasti dan terjamin kualitasnya,” pungkas Ferdinand.

Pelaksanaan dan Pengawasan Ketat. Ketua SPPG Malalayang II, Efraim Yusuf Prasetyo Teola, menjelaskan bahwa dapur MBG dikelola secara profesional dengan dua juru masak bersertifikat dari Persatuan Chef Profesional Indonesia (PCPI), berstandar BNSP.

“Setiap dapur harus memiliki minimal dua chef bersertifikat, agar kalau satu berhalangan, yang lain bisa menggantikan. Kami juga sudah mengikuti pelatihan sanitasi dari Dinas Kesehatan,” terang Efraim.

Ia menambahkan bahwa pelaksanaan di lapangan diawasi oleh koordinator kecamatan, yang berkoordinasi langsung dengan koordinator wilayah dan dinas terkait untuk memastikan distribusi makanan berjalan sesuai SOP.

Pelayanan dari Hati. Ketua Yayasan Cahaya Islands Nusantara Indah, Priscilia Lydia Regina Rantung, S.E., M.M., menyebut motivasi utamanya bergabung dalam program ini adalah panggilan kemanusiaan.

“Kami ingin anak-anak Indonesia tidak lagi kekurangan gizi. Banyak keluarga di pelosok yang sulit makan tiga kali sehari. Program ini membantu mengisi kesenjangan itu,” ujarnya.

Ia juga berharap, dapur MBG bisa menjadi ruang pelayanan sosial yang dikelola dengan kasih, profesionalisme, dan tanggung jawab moral.

“Kami bekerja bukan karena program ini populer, tapi karena kami percaya melayani sesama adalah ibadah,” katanya.

Sinergi Pemerintah dan Relawan. Dapur MBG Malalayang II diharapkan menjadi model pelaksanaan terbaik di Kota Manado, dengan sistem pengawasan, manajemen, dan sertifikasi yang bisa direplikasi di kecamatan lain. Pemerintah Kota Manado menyambut positif langkah ini sebagai bagian dari upaya menekan angka kekurangan gizi dan memperkuat ketahanan pangan daerah.

Acara diakhiri dengan doa bersama dan penandatanganan MoU antara pengelola SPPG, pihak sekolah, dan mitra yayasan  menandai dimulainya operasional dapur yang akan melayani ribuan siswa setiap hari.

“Kami yakin, dari dapur sederhana di Malalayang ini, lahir generasi Manado yang sehat, cerdas, dan kuat,” ujar Meisje Wollah menutup kegiatan.